Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi

Artikel

Manusia Merdeka

Manusia Merdeka

Jumat, 23 Agustus 2024 by Administrator

(Oleh: Syamsiah, S.T). Manusia adalah sebaik-baiknya mahkluk yang telah Tuhan ciptakan. Manusia disebut sempurna karena selain memiliki ego dan nafsu, juga memiliki akal, pikiran, dan juga hati nurani. Kesamaan manusia dengan iblis adalah sama-sama memiliki ego. Kesamaan manusia dengan hewan adalah sama-sama memiliki nafsu. Sedangkan kesamaan manusia dengan malaikat adalah sama-sama memiliki ilham yang berasal dari hati nurani.

Selain sama-sama memiliki nafsu, yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal dan pikiran. Hewan hanya menggunakan insting untuk bertahan hidup, tidak punya akal dan pikiran. Karenanya, demi mempertahankan kelangsungan hidupnya, perilaku hewan cenderung agresif dan bahkan buas. Bahkan dalam beberapa kasus, hewan-hewan buas yang lama dipelihara, tetap saja ia akan memangsa tuannya saat ia sedang kelaparan.

Beragam jenis binatang kita kenal di keseharian, dan semuanya memiliki sifat yang dapat merugikan manusia. Binatang yang terlihat tidak berbahaya seperti ayam, bebek dan angsa saja sering suka mensosor saat kita melewatinya. Bahkan semut kecil yang kadang luput dari penglihatan kita, gigitannya juga terasa gatal dan sakit. Apalagi nyamuk, gigitannya dapat membuat berbagai penyakit.

Kita mengenal anjing sebagai binatang yang paling setia. Tapi sesetia-setianya anjing, tetap saja menggonggong pada siapapun. Begitu pula dengan manusia yang setia namun masih menggunakan nafsunya. Sesetia-setianya dalam bekerja dan berkehidupan, maka caranya berkomunikasi adalah dengan menggonggong. Diberikan atau tidak diberikan, ia tetap menggonggong. Karena nafsu kebinatangannya masih menguasai dirinya.

Di atasnya, banyak manusia yang bengis seperti singa. Mendekat pada perkumpulan kijang, mengelus-elus lehernya, lalu kemudian memakannya. Kijang yang polos mengira singa sudah berubah menjadi baik. Ternyata itu hanya intrik untuk lebih mudah didekati dan lebih mudah disantap.

Manusia-manusia polos seperti kijang mengira semua orang baik-baik saja. Mereka inilah yang mudah menjadi santapan manusia berkarakter singa. Prasangka baik yang tidak pada tempatnya hanya membuat seseorang menjadi bodoh dalam menyikapi rimba raya kehidupan. Lalu kemudian ia terheran-heran, mengapa semua kebaikan yang ia tanam malah berbalas kehancuran demi kehancuran?

Selain nafsu, akal dan pikiran, manusia juga memiliki ego. Ego adalah sikap merasa paling baik dan paling benar. Ego pertama kali dimiliki oleh Iblis, karena telah merasa lebih baik dari Adam. Maka manusia yang masih menurutkan egonya berarti ia masih mewarisi sifat-sifat iblis dalam dirinya

Orang-orang yang menuruti ego merasa dialah yang paling layak atas segala sesuatu. Karenanya, ia tidak akan senang melihat kebahagiaan orang lain. Inilah yang membuat para penyembah ego tidak pernah bisa merasa bahagia. Ia selalu mencari kebahagiaan di luar dirinya dengan berpergian dan berkelana. Tetapi semakin jauh ia berkelana, semakin ia kehilangan dirinya.

Padahal kebahagiaan yang sejati ada di dalam diri, bukan di luar diri. Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mampu menerima kelebihan dan kekurangan diri tanpa perlu membanding-bandingkan dengan orang lain yang dirasa lebih beruntung. Setiap orang memiliki area keberuntungannya masing-masing. Inilah hikmah mengapa kita diciptakan berbeda-beda.

Orang-orang yang menuruti ego tidak senang melihat kebahagiaan dan pencapaian-pencapaian orang lain. Lalu berusaha menghilangkannya dengan mempengaruhi orang lain untuk membuat opini buruk tentang orang itu. Opini buruk ini dapat mempengaruhi kehidupan orang yang ia cemburui.  Sampai pencapain tersebut diambilnya.

Orang yang menuruti egonya akan terlihat bodoh namun tidak disadari. Ia menutupi segala kekurangannya dengan cara menyerang orang lain. Baginya, itu akan membuatnya terlihat sempurna di mata orang-orang. Padahal nyatanya, orang-orang jengah dengan sikapnya. Maka tak heran, kesombongannya juga mendapat kesombongan dari pihak lain. Sebagaimana iblis yang tidak mau sujud pada Adam, maka Tuhan pun membalasnya dengan kekal di neraka.

Sungguh, orang-orang yang menuruti egonya amatlah jahat dan tidak sadar diri. Karena ia telah merebut rezeki yang sebenarnya milik orang lain dan bukan untuknya. Inilah yang belakangan banyak timbul penyakit-penyakit aneh. Barangkali itulah penebus dosa telah merebut rezeki orang lain.  

Menjadi Manusia Seutuhnya

Di era peradaban dengan sikap karakter manusia yang semakin menjadi-jadi, hati nurani semakin ditinggalkan. Sehingga perilakunya makin menjadi seperti hewan dan iblis. Sudah tidak malu-malu lagi bahkan bangga melakukan hal yang dahulu dianggap tabu di depan khalayak ramai.

Manusia merdeka bukanlah manusia yang dapat bebas melakukan apapun sekehendak dirinya tanpa mengindahkan norma dan nilai yang berlaku. Manusia merdeka adalah manusia yang utuh dalam mengendalikan ego dan nafsunya.

Menjadi manusia merdeka berarti mengetahui bahwa setiap kebebasan ada batasnya. Lingkungan sosial membuat kita musti mengetahui dan saling menjaga batasan masing-masing. Sehingga apa yang dilakukan tidak sekedar mengikuti ego dan nafsunya belaka. Namun juga memperhatikan kepentingan bersama.

Menjadi manusia seutuhnya berarti menjadi manusia yang merdeka dari kungkungan nafsu dan penjara ego. Karena manusia adalah makhluk dengan derajat tertinggi di muka bumi. Ego dan nafsu membuat kita turun setara hewan dan iblis, sehingga belum menjadi manusia seutuhnya.

Manusia merdeka mau mendengarkan hati nuraninya. Sehingga segala tindakannya digerakkan oleh hati nurani. Hati nurani yang tidak didengarkan membuatnya kian hari semakin tidak terdengar hingga yang mampu didengarnya adalah ego dan nafsunya.

Akal yang telah dibekali Tuhan pada manusia hendaknya digunakan selaras dengan apa yang dikatakan oleh hati nurani. Inilah yang membuat para leluhur kita mampu memiliki berbagai budaya yang luhur dan bernilai tinggi. Mulai dari adat-istiadat, norma dan nilai -nilai luhur yang mereka anut, hingga peninggalan-peninggalan sejarah.

Padahal, jika kita mau mendengarkan hati nurani, akan semakin banyak membuka tabir-tabir kebenaran dalam kehidupan. Ia yakin, dalam kondisi apa pun, kehidupan sudah dijamin. Sehingga ia tidak khawatir akan hari esok. Sehingga ia tidak iri melihat pencapaian orang lain. Karena yang sudah menjadi garis takdir dirinya tidak mungkin menjadi garis takdir orang lain. Begitu pula sebaliknya, apa yang telah jadi garis takdir orang lain tidak mungkin menjadi garis takdir dirinya.

Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Bekasi

Alamat : Jalan Guntur Raya No.1, Kelurahan Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat 17144

Telp : +62 813-1964-8363

Facebook

Profil BBPVP Bekasi

Social Links

Statistik Pengunjung